Batu Kalde

 

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Situs Batu Kalde  dapat kamu temukan di Taman Wisata Alam Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.  

Situs ini berbentuk sebaran batu bekas candi. Ada batu berbentuk bulat, ada pula yang berbentuk yoni (seperti lumpang), serta arca berbentuk sapi sedang duduk yang disebut sapi gumarang.

Konon, situs ini merupakan sisa-sisa kebudayaan zaman Kerajaan Galuh (sekitar tahun 700 – 1500)

Terlepas dari adanya beberapa versi tentang keberadaan patung tersebut, tetapi hampir semua menunjuk bahwa situs ini merupakan peninggalan sejarah pada masa Kerajaan Galuh. Jika benar, maka situs yang areanya seluas 15 x 75 meter itu merupakan peninggalan Hindu Kuno. Sebuah peninggalan yang teramat mahal harganya karena situs ini sebenarnya bisa menjadi bahan untuk menguak peradaban Hindu Kuno di Pangandaran.

Gua Jepang

 

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Gua Jepang terletak di kawasan cagar alam pananjung Pangandaran dengan koordinat 7°42,336’S 108°39,379’E, Perang Pasifik atau Perang Asia Timur raya terjadi pada tanggal 8 Desember 1941, diawali serangan mendadak Angkatan Udara Dai Nippon ( Jepang ) ke pelabuhan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour ( Hawai ).
Pada tanggal 18 Maret 1941 balatentara Dai Nippon menduduki seluruh pulau Jawa dan Madura dan pemerintah Hindia Belanda ( sekutu ) menyerah tanpa syarat kepada balatentara Dai Nippon.

Penyerahan daerah jajahan dilakukan di kalijati – Subang oleh Letnan Jenderal H. Ter poorten atas nama seluruh angkatan perang sekutu di Indonesia kepada Letnan Jenderal Imamora Hitoshi atas nama Kemaharajaan Jepang.

Gua Jepang di kawasan ini dibuat selama periode perang Dunia Kedua ( 1941 – 1945 ) dengan menggunakan kerja paksa selama kurang lebih 1 tahun.
Gua Jepang ini terbuat dari tembok beton yang tertimbun tanah sebagai benteng pertahanan dengan lubang – lubang pengintai ke arah laut untuk mengawasi pendaratan oleh pihak sekutu.

sumber : http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=630&lang= 

Cagar Alam Pangandaran

 

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

KEADAAN FISIK KAWASAN

Luas dan Letak
Sebelum di tetapkan sebagai Cagar Alam (CA) kawasan hutan pangandaran terlebih dahulu ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa, hal ini berdasarkan Gb Tanggal 7-12-1934 Nomor 19 Stbl. 669, dengan luas 497 Ha, (luas yang sebenarnya 530 Ha) dan taman laut luasnya 470 Ha. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah diketemukan bunga Raflesia Padma, status Suaka Margasatwa dirubah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 34/KMP/1961. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan rekreasi, maka sebagian kawasan seluas 37,70 Ha dijadikan Hutan Wisata dalam bentuk Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 170/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10-3-1978. TWA dan CA Pangandaran terletak di Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Secara astronomis kawasan ini terletak antara 108 derajat 40� BT dan 7 derajat 43� LS.

Topografi
Topografi kawasan ini mulai dari landai sampai berbukit kecil dengan ketinggian tempat rata-rata 100 meter di atas permukaan laut.

Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, CA dan TWA Pangandaran termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.196 mm, suhu udara antara 80-90%.

POTENSI BIOTIK KAWASAN

Flora
Flora yang terdapat sekitar 80% merupakan vegetasi hutan sekunder tua dan sisanya adalah hutan primer. Pohon-pohon yang dominant antara lain Laban (Vitex pubescens), Kisegel (Dilenia excelsea), dan Marong (Cratoxylon formosum). Selain itu banyak juga terdapat jenis-jenis pohon seperti : Reungas (Buchanania arborencens), Kondang (Ficus variegata), teureup (Artocarpus elsatica) dan lain-lain. Dari formasi Baringtonia terdiri dari Nyamplung (Callophylum inophylum), Waru laut (Hibiscus tiliaceus), Ketapang (Terminalia cattapa), dan Butun (Baringtonia aistica). Di dataran rendahnya terdapat hutan tanaman yang merupakan tanaman exotica, yaitu yang terdiri dari tanaman jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Komis (Acacia auriculirformis).

Fauna
Satwa liar yang terdapat diantaranya adalah : Banteng (Bos sondaicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Tando (Cynocephalus variegatus), Kalong (Pteroptus vampyrus), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Lutung (Trcyphithecus auratus), Kangkareng (Anthracoceros convexus), Rangkong (Buceros rhinoceros), dan Ayam hutan (Gallus gallus).

 

Sumber:

AGAR ALAM DAN TAMAN WISATA ALAM PANANJUNG PANGANDARAN. http://dishut.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri=517&idMenu=521

Koleksi Foto Lolytasari

Laut Timur Pangandaran

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Pantai Timur Pangandaran merupakan sentral Water Sport-nya Pantai Pangandaran adalah obyek berwisata air yang sangat menantang dan penuh pesona sebagai area berolah raga air dan penguji andrenalin berwisata air di Pantai Pangandaran, antara lain :
– Jet Sky
– Banana Boat
– Glass bottom
– UFO
– Marbel
– dan masih banyak lagi lainnya bisa menjadi pilihan ber water sport dan berwisata air di Pantai Timur Pangandaran.

¤ Pesona wisata Perahu Pesiar Pantai Timur Pangandaran

– Perahu Pesiar Pantai Timur, siap membantu anda untuk beraktifitas wisata air dan wisata bahari, berkeliling menikmati gelombang dan pesona Cagar Alam Pangandaran dari perairan Pantai Timur. Berkeliling memutari Cagar Alam dengan aneka sudut pesona keindahan Cagar Alam Pantai Pangandaran dari atas Perahu Pesiar, hingga ke Pantai Barat.

– Aktifitas Memancing dengan jasa Perahu Pesiar untuk mengunjungi area spot – spot ikan dan menikmati pesona keindahan Perairan Laut Pangandaran.

¤ Aktifitas Wisata Kuliner yang mempesona

Pantai Timur Pangandaran sebagai sentral seafood Pantai Pangandaran dan berbagai pilihan Rumah Makan menjadi kan sebuah wisata kuliner, untuk memanjakan lidah dan kenikmatan cita rasa kuliner Pantai Timur Pangandaran.

¤ Pesona aktifitas Wisata Belanja

Asyiknya berbelanja dengan pesona Pantai Timur yang menawan, berbagai, souvenir, hiasan, kerajinan, cinderamata yang indah dan mempesona, pakaian-pakaian pantai, makanan khas cemilan dan snack menjadikan sebuah pesona wisata belanja yang menarik.. Berbelanja oleh-oleh asin jambal roti dan aneka penganan-panganan, untuk oleh-oleh pulang ke rumah.

¤ Pesona Aktifitas Wisata Bersepeda

Pantai Timur dengan banyaknya penjual jasa penyewaan sepeda, bisa menyewa sepeda berkeliling Pantai Pangandaran menikmati dan menyusuri jalanan pinggir pantai dan pesona Pantai Timur Pangandaran yang menawan dengan sepeda.

¤ Aktifitas Wisata Seni dan Kreasi

Menikmati Pesona obyek wisata Pantai Timur Pangandaran dengan mencoba kreasi untuk ditato kepada para seniman tato temporari Pantai Timur yang bisa membuat pesona tato yang indah dan menawan.

Batu Hiu

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Terletak di Desa Ciliang Kecamatan Parigi, ± 14 km dari Pangandaran ke arah Selatan. Memiliki panorama alam yang sangat indah. Dari atas bukit kecil yang ditumbuhi pohon-pohon Pandan Wong, kita menyaksikan birunya Samudra Indonesia dengan deburan ombaknya yang menggulung putih.

Sekitar 200 meter dari pinggir pantai terdapat seonggok batu karang yang menyerupai ikan hiu, karena itulah tempat ini dinamakan Batu Hiu.

Hembusan angin pantai menemani kita saat melepaskan pandangan ke arah samudra atau hamparan pantai sebelah timur yang terbentang hingga Pangandaran.

Anda dapat menikmati suasa alam pantai dengan berjalan-jalan di bukit yang teduh atau duduk santai bersama keluarga.

Sungguhpun Anda tidak dapat berenang karena ombaknya yang cukup besar, Anda masih bisa berjalan-jalan di pantai menikmati simbahan busa butih yang datang bersama debur ombak Batuhiu.

Citumang

 

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Terletak di Desa Bojong Kecamatan Parigi, ± 13 km arah timur Pangandaran, berada dalam kawasan hutan jati milik Perum Perhutani.

Objek wisata ini memiliki keunikan tersendiri, dimana aliran sungai Citumang yang airnya sangat jernih menerobos gua-gua karang sehingga pengunjung bisa melakukan kegiatan berenang di air terjun, menelusuri hutan yang di dalamnya banyak terdapat gua-gua.

Green Canyon

 

 

 

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Green Canyon Indonesia ini terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Ciamis sendiri berjarak sekitar 130 km atau jika dari Pangandaran berjarak sekitar 31 km. Di dekat objek wisata ini terdapat objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru.

Objek wisata mengagumkan ini sebenarnya merupakan aliran dari sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang penuh dengan keindahan pesona stalaktif dan stalakmitnya. Selain itu daerah ini juga diapit oleh dua bukit, juga dengan banyaknya bebatuan dan rerimbunan pepohonan. Semuanya itu membentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik dan begitu menantang untuk dijelajahi.

Untuk mencapai lokasi ini wisatawan harus berangkat dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu tempel atau kayuh yang banyak tersedia di sana. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit. Sepanjang perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Mungkin dari sinilah nama Green Canyon berasal.

Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang sulit dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon, di mana airnya sangat jernih berwarna kebiru-biruan. Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Dari sini wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau merayap di tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk berenang. Meski harus menempuh cara seperti ini, perjalanan dijamin sepenuhnya aman. Bahkan untuk anak-anak 6 tahun ke atas cukup aman untuk menyusuri aliran sungai dengan menggunakan ban dan dipandu oleh pemilik perahu yang disewa.

Perjalanan akan terus berada dalam cekungan dinding terjal di kanan kiri aliran sungai. Dinding-dinding untuk menyajikan keindahan tersendiri, yang paling unik berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Selain itu di bagian atas beberapa kali pengunjung akan melewati stalaktit-stalaktit yang masih dialiri tetesan air tanah. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan. Jika diteruskan berenang maka pengunjung akan sampai pada ujung jalan, di mana terdapat gua yang dihuni oleh banyak kelelawar.

Alur aliran sungai ini cukup panjang, sehingga pengunjung dapat berenang sepuas-puasnya sambil mengikuti arus dari air terjun. Selain pemandangan indah di atas permukaan air, Green Canyon akan menjadi surga tersendiri bagi yang suka menyelam. Tinggal membawa beberapa alat selam, pemandangan menakjubkan cekungan-cekungan di dalam air siap untuk ditelusuri dan dinikmati, lengkap dengan beragamnya ikan-ikan yang berenang ke sana kemari di dasar lubuk. Bagi yang suka menantang adrenalin, dapat meloncat dari sebuah batu besar dengan ketinggian 5m ke dasar lubuk yang dalam.

Bagi Anda yang benar-benar ingin menikmati keindahan objek wisata Green Canyon harus paham dengan musim-musimnya. Karena saat terbaik untuk bisa menikmati keindahaan objek wisata ini adalah beberapa saat setelah masuk musim kemarau. Karena jika pada musim hujan, dikhawatirkan deras sungai dan warna airnya pun akan menjadi coklat.

Sebelum Anda memutuskan untuk ke Green Canyon, sebaiknya terlebih dahulu menyiapkan uang tunai yang cukup. Pasalnya, disana tidakada bank atau ATM. Untuk ATM, tempat penginapan dan fasilitas akomodasi yang lengkap bisa Anda dapatkan di Pangandaran.

Untuk akses berperahu, disana tersedia armada perahu yang cukup banyak. Ada sekitar 100 unit perahu yang dapat mengantarkan Anda untuk menelusuri objek wisata ini. Pada setiap perahu akan dilengkapi seorang juru dan tugas batu untuk memandu Anda dalam perjalanan.

Ciung Wanara

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Kisah tentang Ciung Wanara memang menarik untuk ditelusuri, karena selain menyangkut cerita tentang Kerajaan Galuh, juga dibumbui dengan hal luar biasa seperti kesaktian dan keperkasaan yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung Wanara.

Kisah Ciung Wanara merupakan cerita tentang kerajaan Galuh ( sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit dan Pajajaran ). Tersebutlah raja Galuh saat itu Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumah dengan dua permaisuri, yaitu Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Mendekati ajal tiba Sang Prabu mengasingkan diri dan kekuasaan diserahkan kepada patih Bondan Sarati karena Sang Prabu belum mempunyai anak dari permaisuri pertama ( Dewi Naganingrum ). Singkat cerita, dalam memerintah raja Bondan hanya mementingkan diri sendiri, sehingga atas kuasa Tuhan Dewi Naganingrum dianugerahi seorang putera, yaitu Ciung Wanara yang kelak akan menjadi peenrus kerajaan Galuh dengan adil dan bijaksana.

Bila kita telusuri lebih jauh kawasan yang luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu. Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda, berada dalam sebuah tempat berupa struktur bangunan terbuat dari tumpukan batu yang bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah pintu sehingga menyerupai sebuah kamar.


[navigasi.net] Budaya – Situs Karangkamulyan
Penyandaran

Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan kisah, begitu pula beberapa lokasi lain yang terdapat di dalamnya yang berada di luar struktur batu. Masing-masing nama tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang dihubungkan dengan kisah atau cerita tentang kerajaan Galuh seperti ; pangcalikan atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat melahirkan, tempat sabung ayam dan Cikahuripan.

Situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Kerajaan Galuh Pertama menurut penyelidikan Tim dari Balar yang dipimpin oleh Dr Tony Jubiantoro pada tahun 1997. Bahwasannya di tempat ini pernah ada kehidupan mulai abad ke IX, karena dalam penggalian telah ditemukan keramik dari Dinasti Ming. Situs ini terletak antara Ciamis dan Banjar, jaraknya sekitar 17 km ke arah timur dari kota Ciamis atau dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 30 menit.

Situs ini juga dapat dikatakan sebagai situs yang sangat strategis karena berbatasan dengan pertemuan dua sungai yakni Sungai Citanduy dan Cimuntur, dengan batas sebelah utara adalah jalan raya Ciamis-Banjar, sebelah selatan sungai Citanduy, sebelah barat merupakan sebuah pari yang lebarnya sekitar 7 meter membentuk tanggul kuno, dan batas sebelah timur adalah sungai Cimuntur. Karena merupakan peninggalan sejarah yang sangat berharga, akhirnya kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh Pemerintah.


[navigasi.net] Budaya – Situs Karangkamulyan
Makam Dipati Panaekan

Udara yang cukup sejuk terasa ketika kita memasuki gerbang utama situs ini. Tempat parkir yang luas dengan pohon-pohon besar disekitar semakin menambah sejuk Setelah gerbang utama, situs pertama yang akan kita lewati adalah Pelinggih ( Pangcalikan ). Pelinggih merupakan sebuah batu bertingkat-tingkat berwarna putih serta berbentuk segi empat, termasuk ke dalam golongan / jenis yoni ( tempat pemujaan ) yang letaknya terbalik, digunakan untuk altar. Di bawah Yoni terdapat beberapa buah batu kecil yang seolah-olah sebagai penyangga, sehingga memberi kesan seperti sebuah dolmen ( kubur batu ). Letaknya berada dalam sebuah struktur tembok yang lebarnya 17,5 x 5 meter.

Sahyang Bedil
Tempat yang disebut Sanghyang Bedil merupakan suatu ruangan yang dikelilingi tembok berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat (schutsel). Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitik. Menurut masyarakat sekitar, Sanghyang Bedil dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.

Penyabungan Ayam
Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi yang disebut Sanghyang Bedil, kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. Masyarakat menganggap tempat ini merupakan tempat penyabungan ayam Ciung Wanara dan ayam raja. Di samping itu merupakan tempat khusus untuk memlih raja yang dilakukan dengan cara demokrasi.

Lambang Peribadatan
Batu yang disebut sebagai lambang peribadatan merupakan sebagian dari kemuncak, tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa. Bentuknya indah karena dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan Hindu. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan 50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu.

Panyandaran
Terdiri atas sebuah menhir dan dolmen, letaknya dikelilingi oleh batu bersusun yang merupakan struktur tembok. Menhir berukuran tinggi 120 cm, lebar 70 cm, sedangkan dolmen berukuran 120 x 32 cm. Menurut cerita, tempat ini merupakan tempat melahirkan Ciung Wanara. Di tempat itulah Ciung Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah melahirkan.

Cikahuripan
Di lokasi ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi hanya merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sungai Cimuntur. Sumur ini disebut Cikahuripan yang berisi air kehidupan, air merupakan lambang kehidupan, itu sebabnya disebut sebagai Cikahuripan. Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.

Dipati Panaekan
Di lokasi makam Dipati Panaekan ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan batu yang berbentuk lingkaran bersusun tiga, yakni merupakan susunan batu kali. Dipati Panaekan adalah raja Galuh Gara Tengah yang berpusat di Cineam dan mendapat gelar Adipati dari Sultan Agung Raja Mataram.

Setelah puas mengelilingi Situs ini, puluhan warung makan dengan menu khasnya pepes ayam dan pepes ikan mas merupakan pelengkap ketika kita berkunjung ke tempat ini. Apalagi minumannya air kelapa alami langsung dari buahnya semakin menambah asyiknya suasana. Walaupun hanya berupa situs-situs purbakala tampaknya tempat ini dikelola dengan cukup bagus, terbukti dengan kebersihan yang cukup terjaga di sekitar lokasi.

Sumber:

1. AMGD, http://www.navigasi.net/goart.php?a=bukrnmln

2. Koleksi foto Lolytasari

Museum Fatahillah

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Image

Perpustakaan Umum Kota Bogor

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

Perpustakaan Kota Bogor berdiri pada 17 Agustus 1972 melalui SK Walikota No 1192/2472.

Pertama kali berdiri, perpustakaan ini berlokasi di Gedung Merdeka. Sejak berdiri, perpustakaan Kota Bogor mengalami beberapa kali perubahan status tata kerja perpustakaanumum. Adanya status perubahan tersebut merupakan perhatian besar dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap perkembangan perpustakaan daerah Kota Bogor.

Image